Dia yang Terlalu Mirip Mimpi

 Dia yang Terlalu Mirip Mimpi




---

BAB 1 – AWAL YANG TAK BIASA

Keysha membuka matanya pagi itu dengan perasaan aneh. Ia merasa seperti telah berbincang panjang dengan seseorang dalam mimpinya. Cowok bersuara tenang, penuh perhatian, dan... entah mengapa, terasa akrab.

Namun saat ia mencoba mengingat wajahnya, samar.

Di sekolah, kelas berjalan seperti biasa. Sampai guru memperkenalkan seorang siswa baru:
“Ini Rayan Mahendra. Dia pindahan dari Bandung.”

Saat mata Keysha dan Rayan bertemu, jantungnya berhenti sejenak.

Itu dia. Wajah dalam mimpinya.


---

BAB 2 – RASA YANG TIDAK LOGIS

Hari demi hari, Rayan mulai dekat dengan Keysha. Ia tahu banyak hal yang seharusnya tak mungkin diketahui.

> “Kamu pernah punya kucing abu-abu bernama Bumi, kan?”
“Kamu suka lagu-lagu lama, kayak ‘Fix You’ dari Coldplay.”
“Kamu suka menulis cerita tentang tokoh bernama Arya sejak SMP.”



Keysha menegang. Semua itu... tak pernah ia ucapkan pada siapa pun.

Rayan hanya tersenyum, “Kita pernah ngobrol banyak soal itu... tapi kamu lupa.”


---

BAB 3 – JURNAL RAHASIA

Di rumah, Keysha membuka jurnal lamanya. Buku yang ia tulis sejak kelas 8.

Di halaman ke-74, ada satu cerita pendek yang tak ia ingat pernah menulisnya:

> Tokoh bernama Rayan. Tinggi, berambut ikal, suka duduk di bawah pohon jambu sekolah. Ia tahu semua tentang Keysha. Karena ia berasal dari dunia yang sama... hanya beda dimensi.



Keysha gemetar. Cerita itu ada... sebelum ia mengenal Rayan.


---

BAB 4 – TAK ADA NAMA DI DAFTAR

Karena penasaran, Keysha meminjam daftar kehadiran kelas dari guru.

Tidak ada nama Rayan Mahendra.

Ia bertanya pada wali kelas. “Oh, gak ada siswa baru bernama itu di kelas kamu.”

Keysha panik. Tapi Rayan muncul keesokan harinya... seperti biasa. Duduk di kursi pojok, tersenyum seolah tahu semuanya.


---

BAB 5 – MISTERI DI POHON JAMBU

Suatu sore, Rayan mengajak Keysha duduk di bawah pohon jambu di belakang sekolah. Tempat itu sepi, dan hanya mereka berdua.

“Kamu mulai sadar ya?” tanya Rayan.

Keysha mengangguk pelan. “Siapa kamu sebenarnya?”

Rayan menatap langit. “Aku bagian dari kamu.”

“Apa?”

“Aku diciptakan dari satu halaman jurnalmu. Aku adalah sosok yang kamu bayangkan saat kamu merasa paling sendirian. Saat kamu ingin didengar, dipahami, dan tidak dihakimi.”


---

BAB 6 – TAKDIR YANG TERLUPAKAN

Rayan menjelaskan bahwa dunia tempatnya berada bukan nyata bagi semua orang—hanya bagi penulisnya.

Dan kini, karena Keysha mulai mengingat semuanya, batas antara mimpi dan kenyataan mulai retak.

“Aku senang kamu ingat aku. Tapi semakin kamu sadar, aku semakin cepat pudar.”

Keysha menangis. “Aku gak mau kamu hilang.”

“Tapi kamu juga gak bisa hidup di dunia yang setengah nyata, Keysha.”


---

BAB 7 – PILIHAN

Rayan memberi Keysha dua pilihan:

1. Melupakan semua ini, dan ia akan menghilang—Keysha akan menjalani hidup normal.


2. Menghidupkan Rayan sebagai karakter novel. Dengan itu, Rayan akan tetap hidup... dalam cerita. Tak bisa disentuh. Tapi tak akan pernah hilang.




---

BAB 8 – HARI TERAKHIR

Hari itu, Rayan tidak datang ke sekolah. Tak ada jejaknya. Kursinya kosong.

Keysha pulang, membuka jurnal lamanya, dan menulis bab baru. Bab yang memuat Rayan. Latar. Dialog. Suara tawanya. Cara ia mengikat tali sepatu.

Dan saat kalimat terakhir ditulis—angin berhembus pelan dari jendela kamar.

> “Kamu memilih untuk mengingatku. Terima kasih. –Rayan”




---

EPILOG – HIDUP DI HALAMAN

Tiga tahun kemudian, Keysha menjadi penulis novel remaja terkenal. Buku pertamanya:
“Dia yang Terlalu Mirip Mimpi”
Bestseller.

Banyak pembaca bertanya, “Apakah Rayan tokoh nyata?”

Keysha hanya tersenyum. “Ia nyata... bagi yang percaya bahwa cinta bisa hidup di antara halaman-halaman buku.”

Dan setiap malam, sebelum tidur, Keysha masih membuka halaman 74 jurnal lamanya.
Di sana, Rayan tetap tersenyum. Tak pernah pudar.


---

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang Terperangkap dalam 5 Versi Diriku Sendiri

Surat dari Diriku di Masa Depan

Taman yang Tak Pernah Ada dalam Denah Sekolah