Surat dari Diriku di Masa Depan
Surat dari Diriku di Masa Depan
---
BAB 1 – SURAT DARI BAWAH KASUR
Malam itu hujan deras. Ray sedang membereskan kamarnya yang berantakan saat ia tanpa sengaja menemukan sebuah amplop coklat kusam, tersembunyi di bawah kasur. Tidak ada nama pengirim. Hanya tulisan halus di bagian depan:
> Untuk Ray — Buka saat kamu hampir menyerah.
Ray tertawa sinis. “Siapa yang naruh beginian?”
Rasa penasaran menang. Ia membuka surat itu.
---
BAB 2 – TULISAN YANG TERLALU DIKENAL
Tulisan tangan itu… ia kenali. Persis seperti tulisan buku hariannya sendiri.
> “Halo, Ray. Ini kamu. Tapi di usia 27 tahun.
Kalau kamu baca ini, berarti kamu sedang berada di titik rawan.
Aku tahu kamu ingin menyerah. Tapi dengarkan dulu…”
Ray membaca dengan jantung yang berdebar.
> “Kamu merasa gagal. Kamu takut tidak lulus, tidak diterima di kampus, tidak bisa membanggakan siapa pun. Tapi aku di sini untuk bilang…
Itu semua tidak penting. Yang penting: kamu tidak berhenti.”
---
BAB 3 – TANDA-TANDA KECIL
Ray mengabaikan surat itu semalam. Tapi keesokan harinya, hal-hal aneh terjadi.
Di kelas, gurunya menyebut nama kampus yang disebut di surat.
Sahabatnya, Dani, mengucapkan kalimat persis seperti yang tertulis di paragraf keempat.
Bahkan lagu yang katanya “akan kamu dengar 3x hari ini” benar-benar terdengar tiga kali.
Ray mulai percaya:
Ini bukan surat biasa.
---
BAB 4 – PETUNJUK HARIAN
Hari-hari berikutnya, surat kedua muncul. Lalu ketiga. Semuanya muncul entah dari mana—laci meja, saku jaket, hingga buku catatan.
Masing-masing berisi pesan-pesan kecil:
> “Hari Kamis ini, kamu akan melihat seseorang menangis di tangga belakang. Temani dia.”
“Jangan tolak tawaran dari Bu Dita soal lomba esai. Itu awal perubahan besar.”
“Jangan takut gagal Matematika. Justru dari situlah kamu menemukan pelajaran hidup.”
Ray mulai mengikutinya. Dan hidupnya perlahan… berubah.
---
BAB 5 – DIRI YANG BERBEDA
Ray menjadi lebih berani. Ia berbicara di kelas. Ia menulis esai dan ternyata menang. Ia membantu siswa lain diam-diam.
Tapi dalam salah satu surat, ada bagian mengejutkan:
> “Kamu akan bertemu seseorang bernama Ayara.
Dia akan mengubah cara pandangmu tentang cinta… dan kehilangan.”
Dan benar. Dua minggu kemudian, Ray duduk di perpustakaan, dan tanpa sengaja menabrak seorang siswi baru: Ayara.
---
BAB 6 – CINTA DAN PILIHAN
Ayara dan Ray cepat akrab. Seperti ada tarikan yang tak bisa dijelaskan. Mereka bicara soal buku, musik, dan rasa takut tentang masa depan.
Dalam surat berikutnya, Ray membaca:
> “Kamu boleh jatuh cinta padanya. Tapi jangan lupakan dirimu.
Sebab nanti, kamu harus memilih: dia… atau jalan hidupmu.”
Ray mulai takut. Apakah semuanya sudah ditentukan?
---
BAB 7 – MEMBERONTAK
Untuk pertama kalinya, Ray tak membuka surat yang datang berikutnya. Ia memilih untuk tidak mengikuti petunjuk. Ia ingin bebas, menentukan sendiri takdirnya.
Akibatnya? Ia gagal dalam presentasi penting. Bertengkar dengan Ayara. Merasa hampa.
Tapi saat ia akhirnya membuka surat itu—isinya bukan teguran.
> “Bagus. Kamu harus sesekali menolak takdir. Itu bagian dari tumbuh.”
Ray menangis. Ia merasa… benar-benar dipahami oleh satu-satunya orang yang mengerti: dirinya sendiri.
---
BAB 8 – SURAT TERAKHIR
Tiga bulan menjelang kelulusan, sebuah surat terakhir muncul. Berbeda dari yang lain—lebih tebal, lebih panjang.
> “Ini surat terakhirku.
Setelah ini, kamu akan berjalan sendiri. Tapi jangan takut.
Semua luka akan jadi pelajaran. Semua gagal akan jadi fondasi.
Kamu akan ragu, kamu akan kehilangan. Tapi kamu juga akan bertemu hal-hal luar biasa.
> Kalau suatu hari kamu merasa sendiri lagi… tulislah surat.
Bukan untuk orang lain. Tapi untuk dirimu.
Karena satu-satunya yang akan selalu ada untukmu… adalah kamu sendiri.”
---
EPILOG – DI ANTARA WAKTU
Ray lulus. Ia tidak masuk universitas yang ia impikan dulu. Tapi ia diterima di kampus yang membentuk dirinya jadi lebih besar dari apa pun yang ia bayangkan.
Ia menulis. Ia menjadi pembicara muda. Ia membuat akun bernama @SuratUntukDiriSendiri, di mana remaja bisa mengirim dan menerima pesan dari diri mereka… lewat waktu.
Dan setiap tahun, pada tanggal yang sama saat ia menerima surat pertamanya… Ray menulis satu surat baru.
Untuk dirinya sendiri.
---
Comments
Post a Comment