Aku yang Terperangkap dalam 5 Versi Diriku Sendiri
Aku yang Terperangkap dalam 5 Versi Diriku Sendiri
---
BAB 1 – CERMIN KELAS SENI
SMA Nirwana punya satu ruangan yang jarang dipakai: kelas seni lama di lantai tiga. Di sana ada sebuah cermin besar, menempel di dinding, penuh bercak usia. Konon katanya, cermin itu dulu digunakan saat latihan drama dan tari.
Gema masuk ke ruangan itu untuk mencari ketenangan setelah ribut besar dengan ayahnya.
Saat ia berdiri di depan cermin... bayangannya tak mengikuti gerakannya. Cerminnya... hidup.
Dan kemudian, ia ditarik masuk.
---
BAB 2 – RUANG REFLEKSI
Gema terbangun dalam ruangan putih tanpa batas. Sepi. Hampa. Sampai lima sosok muncul, berdiri membentuk setengah lingkaran. Semua wajahnya… adalah dirinya sendiri.
> “Selamat datang di Ruang Refleksi, Gema.”
“Kau tak bisa kembali sampai mengenali kami semua.”
Kelima sosok itu memperkenalkan diri.
---
BAB 3 – SI PEMARAH
“Namaku Gema Pemarah. Aku adalah sisi dirimu yang selalu menahan amarah, tapi akhirnya meledak saat tak tertahan.”
Ia menunjukkan semua momen Gema marah: saat dibentak ayahnya, saat nilai turun, saat dihina teman.
> “Kau malu padaku. Tapi aku justru menyelamatkanmu dari jadi pengecut.”
Gema terdiam. Ia tak bisa membantah.
---
BAB 4 – SI PENAKUT
“Namaku Gema Penakut. Aku muncul saat kamu ingin menyerah, mundur, atau takut disakiti.”
Ia memperlihatkan ingatan saat Gema tidak jadi menyatakan cinta, saat ia menolak ikut lomba karena takut kalah.
> “Tanpa aku, kamu mungkin nekat dan celaka. Tapi kamu juga membiarkan terlalu banyak kesempatan lewat.”
---
BAB 5 – SI PERFEKSIONIS
“Namaku Gema Perfeksionis. Aku tak pernah puas. Aku mengatur semua agar tak ada yang memalukan. Aku alasan kamu jadi terbaik… dan alasan kamu kelelahan.”
Ingatan Gema tentang begadang, revisi tanpa henti, dan rasa kosong saat berhasil pun ditampilkan.
> “Kau bangga padaku. Tapi aku juga alasan kamu gak pernah merasa cukup.”
---
BAB 6 – SI PENGHIBUR
“Gue Gema Penghibur. Aku bercanda, bikin semua nyaman. Aku alasan kamu gak kelihatan sedih padahal dalam.”
Video kenangan: Gema menertawakan kesalahan guru, membuat kelas terhibur… padahal baru saja gagal ujian.
> “Gue bikin kamu gak tenggelam. Tapi lo juga pakai gue buat kabur dari luka.”
---
BAB 7 – KONFRONTASI DIRI
Kelima versi Gema berdebat, saling menyalahkan. Semuanya merasa paling layak untuk “dibawa kembali” ke dunia nyata. Karena hanya satu sisi yang bisa keluar dulu.
“Pilih aku,” kata Pemarah.
“Pilih aku,” bisik Penakut.
“Kau butuh aku,” desak Perfeksionis.
“Gue yang bikin hidup lo tetap enak,” kata Penghibur.
Gema menutup telinga.
> “Cukup! Kalian semua bagian dari aku! Tapi bukan satu-satunya.”
---
BAB 8 – GEMINISI
Sebuah cermin muncul di tengah ruang putih. Dan untuk pertama kalinya, Gema melihat refleksi dirinya sendiri.
Tapi tidak pecah. Tidak berubah. Hanya... utuh.
Ia menyentuh permukaan itu. “Aku akan kembali bukan dengan hanya satu dari kalian… tapi dengan kesadaran bahwa aku terdiri dari kalian semua.”
---
BAB 9 – KEMBALI
Gema membuka mata.
Ia kembali di ruang seni. Napasnya berat. Tapi ia merasa... ringan.
Saat ia berjalan ke luar kelas, ia tak merasa menjadi satu sisi apa pun. Ia bisa marah dengan sadar. Tak apa merasa takut. Bisa tertawa, tapi tahu saat harus serius. Dan berusaha tanpa kehilangan diri.
Di kaca kecil di koridor, ia melihat refleksi dirinya—tersenyum. Bukan karena sempurna, tapi karena ia utuh.
---
EPILOG – LIMA SUARA
Kini, setiap Gema menghadapi masalah, ia mendengar lima suara kecil di kepalanya. Bukan untuk membingungkan... tapi untuk mengingatkan bahwa manusia tak diciptakan dari satu warna.
Kita semua... adalah lukisan dari banyak sisi.
Dan memilih hidup... adalah seni menari di antaranya.
---
Comments
Post a Comment